Dalam
Alqur-an memang telah diterangkan bahwa manusia itu tidak akan dapat menghitung
nikmat dari Alloh dikarenakan sangat banyaknya.
Artinya
: " Dan apabila kamu menghitung nikmat Alloh pastilah kamu tidak bisa
menghitung nya"
Meskipun
nikmat itu tidak dapat dihitung, akan tetapi tentunya nikmat itu bisa
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ada nikmat yang besar, ada
nikmat yang kecil dan berbagai macam kelompok nikmat lainnya.
Diantara
nikmat-nikmat Alloh yang tidak bisa dihitung itu manakah nikmat-nikmat Alloh
yang tergolong besar ?
Cara
orang memandang nikmat itu ada 2 macam, yaitu :
1. Ada
yang memandang nikmat Alloh dari sumbernya.
Ini
adalah cara memandang dari atas kebawah atau pandangan ma'rifat billah
atau pandangan dari sentral, dari sumbernya (Dan ini kita belum bisa).
2. Ada
yang memandang nikmat Alloh dari segi nilainya nikmat itu sendiri.
Ini
adalah cara memandang dari bawah keatas atau nikmat dipandang dari sudut nikmat
itu sendiri.
Dan
kedua-duanya ini benar menurut Alqur-an.
Bila
nikmat Alloh dipandang dari sudut sumbernya nikmat semata, maka tidak ada
nikmat yang kecil, semua nikmat itu besar. Dan bila nikmat Alloh dipandang dari
sudut nilainya nikmat, maka nikmat dari Alloh itu ada yang besar dan ada yang
kecil.
Karena
sumbernya nikmat itu sendiri adalah Dzat Yang Maha Besar, Dzat Yang Maha Akbar.
Maka semua nikmat yang tak terbilang itu semuanya Akbar (Besar).
Jadi
yang tampak hanya keagungannya Alloh saja, tidak tampak macam-macam nikmat.
Pandangan
ini timbul karena sangat besar ma'rifat billahnya / penglihatan hatinya . Dan
masalah pandangan ini adalah maqom, jadi berbeda dengan orang
yang hanya membahas saja.
Keterangan :
Kalau
hanya membahas saja itu mudah dan bahasan-bahasan yang tinggi itu bisa menjadi
tipu daya. Adapun macam tipu daya yang paling banyak ada didalam
gaya tasawuf, diantaranya :
1. Ada
yang mengaku-aku atau berkata : Bahwa saya adalah ahli Tasawuf.
Meskipun
tidak dikatakan, kalau sudah Tasawuf tetaplah tasawuf.
2. Ada
yang bicaranya memakai gaya Tasawauf tapi hal-nya tidak Tasawuf.
3. Ada
yang segi penampilannya (memperburuk pakaiannya) supaya dianggap seakan-akan
tidak menghiraukan dunia atau zuhud atau taqorrub ilalloh.
4. Ada
yang bergaya ngantuk didepan umum supaya dianggap kalau malam selalu mujahadah
(tidak tidur).
5. Ada
yang bila didepan orang banyak gayanya selalu mengucapkan Tahmid, Tasbih, dsb.
Dengan harapan supaya mendapat pujian dari orang lain (riya').
Padahal
pujian orang itu tidaklah bisa merubah orang tersebut menjadi benar-benar
Tasawuf.
Akan
tetapi kalau nikmat itu dipandang dari segi wujudnya nikmat (bukan dari
sumbernya nikmat) maka nikmat-nikmat itu ada yang besar dan ada yang kecil. Dan
kita tidak akan mampu untuk menghitungnya meskipun usia kita ditambah ratusan
tahun.
Sebagai
contoh yang ringan saja :
·
Tiap
detak jantung adalah nikmat, bisakah kita menghitungnya ?
·
Tiap
kedip mata adalah nikmat, mampukah kita menghitung kedip mata kita ?
·
Tiap
langkah kita juga merupakan nikmat, mungkinkah kita bisa menghitungnya?
Tentunya tidak akan bisa, belum lagi lainnya.
Dan
menurut Ulama' Hikam (maksudnya Kitab Alhikam, yakni kitab Tasawuf tingkat tinggi)
diterangkan bahwa :
" Alamatnya orang yang
tertutup akan nikmat Alloh adalah yang baru ingat akan nikmat Alloh apabila
nikmatnya diambil " .
Seperti
misalnya: Ada orang yang sakit mata, dia itu baru ingat bahwa kesehatan
mata adalah nikmat dari Alloh setelah dia merasakan sakit mata. Nikmat kaki,
dia baru merasakan kalau kakinya adalah nikmat setelah kakinya mengalami lumpuh
dsb.
Oleh
karena itu jika diberi sakit hendaklah disyukuri, karena berarti tutupnya
dibuka oleh Alloh atau diingatkan kembali terhadap nikmat Alloh.
Dan
nikmat Alloh Ta'ala itu juga :
·
Ada
yang bersifat dhohir dan ada yang bersifat bathin.
·
Ada
yang bersifat mauhibi dan ada yang bersifat kasbiy.
·
Ada
yang bersifat dunyawi dan ada yang bersifat ukhrowi.
Dasar
Alqur-an yang menerangkan ada nikmat yang bersifat dhohir dan ada yang bersifat
bathin.
Artinya : "Dan untukmu nikmat-nikmatnya lahir dan bathin". ( Luqman
ayat 20 )
Oleh : Si Pincang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !